Bertauhid merupakan kewajiban yang paling wajib bagi setiap insan yang mengaku dirinya muslim, sebab, semua amal tidak akan diterima tanpa adanya Tauhid.
Tauhid adalah penopang utama untuk mencintai ketaatan, sebab orang yang bertauhid itu beramal karena Allah subhanahu wa ta’ala, baik amalan yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.
Orang-orang yang bertauhid mendapatkan keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Sebagaimana dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al An’am: 82)
Dalam mempelajari tauhid, para ulama membagi Tauhid menjadi 3, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma’ wa Sifat.. Pembagian itu ditujukan untuk memudahkan umat muslim dalam mempelajari Tauhid dan membedakan manakah muslim yang benar-benar islam (mengikuti syari’at dengan benar) dan manakah orang-orang musyrik. Sebab, orang musyrik pun sebenarnya mereka juga bertauhid, namun hanya dalam tauhid rububiyah saja sedangkan tauhid uluhiyah/tauhid ibadah, mereka mengingkarinya.
Adapun pembahasan utama dalam tulisan ini adalah Tauhid Rububiyah.
Lalu apa itu Tauhid Rububiyah?
Tauhid rububiyah yaitu mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk, tidak ada sekutu bagiNya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu” (QS. Az Zumar: 62)
Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan pula tentang keesaanNya dalam RububiyahNya atas segala alam semesta, Firman Allah subhanahu wa ta’ala,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dan (diciptakannya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Maha Suci Allah, Tuhan Semesta Alam.” (QS. Al A’raf: 54)
Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan semua makhlukNya diatas fitrah pengakuan terhadap rububiyyahNya, bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dalam ibadah juga mengakui akan keesaan rububiyahNya.
(86) قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
(87)سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
(88) قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(89) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ
“Katakanlah, ‘Siapa Empunya langit yang tujud dan yang Empunya ‘Arasy yang besar?’ mereka akan menjawab ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa? Katakanlah, ‘Siapakah yang ditanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat melindungi dari (azab)Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian) maka dari jalan manakah kamu ditipu?’ (Al Mu’minum: 86-89)
Adapun dalil-dalil akal yang logis dan sehat tentang kerububiyahan Allah subhanahu wa ta’ala terhadap segala sesuatu diantaranya adalah tentang Keesaan Allah dalam menciptakan segala sesuatu. Setiap manusia dapat menerima bahwa penciptaan atau reka cipta Allah semesta (seberta isinya) belum pernah diklain dan disanggupi selain oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Meski obyek penciptaan itu berukuran sangat kecil seperti sehelai buku pada binatang atau yang semisalnya, apalagi menciptakan sesuatu yang utuh atau hidup, atau planet-panet yang besar. Tentu hanya Allahlah yang mampu melakukannya.
Keesaan Allah dalam memiliki, mengatur dan mengelola segala sesuatu secara absolute merupakan bukti yang menunjukkan kerububiyahanNya. Karena, seluruh manusia telah sepakat bahwa manusia itu kedudukannya sama dengan makhluk hidup lainnya di alam semesta ini, yakni pada hakikatnya tidak memiliki apa-apa.
Maka, klaim manusia bahwa ia adalah pemilik sebenarnya dari sebuah benda yang ada di alam ini telah gugur, maka siapa pemilik sebenarnya segala sesuatu yang ada di semesta alam ini?, pemiliknya tiada lain adalah Allah dan Allah subhanahu wa ta’ala-lah satu-satunya, tanpa perdebatan dan keraguan lagi.
Hal ini juga berlaku dalam pengaturan dan pengelolaan seluruh urusan kehidupan ini, yakni Allahlah satu-satunya yang mengatur dan mengelola alam semesta. Demi Allah, inilah sifat-sifat dari kerububiyahannya, yakni menciptakan, member rezeki, memiliki, mengatur dan mengelola.
Allah subhanahu wa ta’ala telah menegaskan keesaan-Nya yang mutlak dalam hal penciptaan,
أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Mahasuci Allah, Rabb semesta alam” (QS. Al A’raf: 54)
Tauhid rububiyah merupakan tauhid yang diakui semua orang. Tidak ada umat manapun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lainNya.
Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun, namun demikian di hatinya masih tetap meyakiniNya, sebagaimana perkataan Musa ‘alaihissalam kepadanya,
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا
“Engkau (Musa) menjawab, ‘Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang Memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir’aun, seorang yang akan binasa.’” (QS. Al Isra’:102)
Ia juga menceritakan Fir’aun dan kaumnya,
ۚ وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا
“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.” (QS. An Naml : 14)
.
.
.
.
Dikutip dari beberapa kitab rujukan:
Al Qur’an
Kitab Tauhid-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Al Halaalu wal Haraamu fiil Islam-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
Minhajul Muslim-Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi
.
.
.
Ma’had Aly Tahfidzul Qur’an Haramain
Senin, 7 September 2020
Fatimah @semutpaper – Sekbid Medkom
0 Komentar