Selamat Datang di Website Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Karanganyar | Anggun Dalam Moral Unggul Dalam Intelektual | Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas Tidak Perlu Malu Mengakui Teroris* Ber-agama

Tidak Perlu Malu Mengakui Teroris* Ber-agama



sumber : https://www.google.com


Teroris Beragama ???

Kejadian bom bunuh diri gereja di Makasar, serta penyerangan di mabes Polri beberapa waktu yang lalu menghebohkan masyarakat. Kita kembali tersentak, di tengah pandemi masih ada orang-orang malang yang rela mengorbankan dirinya dan membuat ketakutan demi tujuan yang salah. Walau begitu kita patut bersyukur, warga Indonesia sudah kuat. Tak terjadi ketakutan yang berlarut-larut apalagi sampai menimbulkan chaos.

Media mempunyai peran besar dalam membangun kekuatan masyarakat.  Narasi-narasi positif dan menguatkan muncul baik itu di televisi, koran, ataupun media-media online. Jika boleh saya berasumsi, melalui pengamatan saya (yang tentu sangat boleh dikoreksi) ada dua pola narasi tentang tindakan terorisme di media. Pertama, narasi yang sifatnya menguatkan. Biasanya diisi dengan pesan-pesan supaya kita kuat, tidak perlu takut, kadang disertai hastag semacam #prayfor..., #kitakuat.. Dll.

Kedua adalah narasi yang berisi pembelaan dari framing media terorisme dikaitkan dengan ajaran agama tertentu. Bila bicara terorisme di Indonesia, biasanya dikaitkan dengan ajaran Islam. Di beberapa negara lain juga banyak gerakan-gerakan terorisme yang mengaitkan dirinya dengan ajaran agama tertentu. Pola narasi yang kedua ini biasanya berisi pesan yang menonjolkan sisi humanis dalam ajaran agama tertentu. Dengan harapan pembaca menyadari agama tak mengajarkan tindakan terorisme. Atau bisa juga mengupas hukum tindakan terorisme dalam agama. Kadang disertai narasi "kita berlepas dari tindakan mereka". Tujuanya sama, supaya pembaca sadar tindakan terorisme dilarang dalam agama.

Saya pribadi cukup resah dengan pola narasi yang kedua. Bagi saya (sangat boleh dikoreksi)  kita tak perlu malu mengakui, mereka (teroris) beragama. Tak bisa disangkal salah satu motivasi mereka adalah ajaran agama tertentu (yang disalah fahami). Menelanjangi kesalahan berfikir sembari melepas diri dari mereka tentu menjaga kehormatan agama (atau bisa jadi golongan tertentu yang tak mau tangan mereka kotorj. Tapi bagi saya tidak menyelesaikan masalah. Dengan mengakui bahwa mereka (teroris) beragama akan menyadarkan kita ada yang salah dengan kita, atau kita terlalu egois menjaga kemurnian agama kita namun abai terhadap masalah kemanusiaan yang muncul.

Mengutip pendapat Fadli Zon, setidaknya ada tiga faktor suburnya tindakan terorisme di Indonesia. Pertama faktor domestik misal kemiskinan, jauhnya kenyataan dari apa yang diharapkan. Kedua faktor internasional, yaitu gerakan dan doktrin terorisme transnasional. Ketiga faktor kultur, yaitu sempitnya seseorang memahami agama, kacamata hitam putih yang cenderung membuat kita gampang menyalahkan pendapat berbeda.

Menjadi pertanyaan besar, sudahkah dengan saya ber islam membuat orang disekitar saya tentram?. Sudahkah ajaran agama saya memberikan dampak pada kemanusiaan dan alam? ataukah hanya membuat diri merasa paling mulia dan memandang rendah yang lain.

 Saya menyadari tulisan ini sangat provokatif dan tendensius. Tapi saya berharap, pembaca dan tentunya saya pribadi sadar sudahkah kita sebagai umat beragama memberikan kebermanfaatan bagi sekitar. Sehingga tak perlu lagi ada segelintir orang mencari kedamaian semu dengan cara singkat yang salah. Sudahkah kita sebagai aktivis dan kaum intelektual membumikan Islam Rahmatan Lil Alamiin, sehingga tak ada lagi orang-orang yang memahami agama kita mengajarkan kekerasan. Sudahkan lembaga-lembaga pengumpul zakat kita memberikan bantuan yang memberdayakan? Sehingga tak perlu lagi ada orang-orang lemah yang terjebak utopia kejayaan semu dengan cara teror. Atau jangan-jangan dengan ber-agama kita menjadi ekslusf,  menyuburkan kuktur sempit dalam memahami agama, dengan mudah menyalah-nyalahkan orang lain, jug semakin abai terhadap sekitar. Pada akhirnya tindakan terorisme yang terjadi akhir-akhir ini menyentil diri kita untuk mengoreksi kembali bagaimana kita mengamalkan ajaran agama kita. Terakhir mengutip kata-kata seorang aktivis muslim Fajar Riza Ul Haq yang juga menjadi judul salah satu bukunya "membela Islam adalah membela kemanusiaan".


Mereka ???

*teroris yang dimaksud disini adalah tindakan teroris yang dilatar belakangi ajaran agama tertentu.  Seperti dengan melakukan bom bunuh diri akan mengangkat kemuliaan diri, mendapat surga dll. Saya sengaja mengerucutkan pengertian teroris dalam tulisan ini. Selain agar mempermudah memahami konteks tulisan juga menghindari bias makna.


 Oleh : Atta Z

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Assalamu'alaikum wr wb min Izin bertanya, bisa dijelaskan adakah ciri2 khusus bahwa suatu gol/kelompok yg bisa mengarah ke radikalisme? terus bagaimana kita sebaiknya supaya tdk terbujuk rayu atas doktrinan semacam itu? dan terakhir apa yg bisa kita lakukan ketika melihat seseorang yg telah terhasut paham2 radikalisme tsb? terimakasih. Wassalamu'alaikum wr wb

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam wr wb
      Kalau boleh saya bilang, mereka yang cenderung ekslusf dalam beragama..kenapa begitu. Ketika kita ber agama secara esklusif kita menjadi tertutup, kurang toleran, dan mudah menyalahkan. Selain itu ketika kita ekslusif, kita kurang bisa memandang dunia dgn objektif yang nantinya akan sangat tergantung pada ketokohan seseorang dalam memandang segala sesuatu. Kalau sudah begitu tentu doktrin2 dari golongan tertentu yang sesuai dgn pandangan kita mudah masuk.

      Juga faktor2 lain seperti. Kemiskinan, kurangnya ilmu dll jg sangat berpengaruh. Pendapat saya ini masih sangat bisa diperdebatkan

      Hapus
Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)